ketika aku hendak ke Pondok Pesantren yang dulu aku belajar disitu, kebetulan ada jam mengajar di pondok dulu, sekitar jam 20:00 WIB yang bertempat di TPQ.
dari sepulang mengajar sekolah, aku bergegas untuk menyiapkan sesuatu yang akan aku bawa ke pondok, setalah semua selesai, pada hari sabtu jam 12:00 WIB aku berangkat menggunakan motor ke pondok pesantrenku yang dulu, kurang lebih sampai disana jam 14:00 WIB, tetapi di jalan mengalami hujan, akhirnya terpaksa saya terobos, dengan keadaan dingin, aku tetap semangat dalam perjalanan.
Setelah reda, karena perjalanan masih jauh, dan tidak sesuai dengan target waktu, akhirnya aku bermalam di rumah nenek dan pada malam itu aku tetap mengajar namun dengan via telepon.
Setelah aku selesai mengajar kitab kuning via telepon, aku bermalam di rumah nenek untuk melanjutkan aktivitasnya ke-esokan harinya.
setelah sinar matahari sudah mulai menyingsing, aku mempunyai keinginan untuk pergi ziarah ke makam Mbah Abdul Malik yang berada di Purwokerto, aku berangkat pagi-pagi sekitar jam 07:00 menggunakan motor.
Sesampainya di makam beliau, aku berdoa kepada Allah SWT dengan wasilah para wali ( kekasih Allah ) agar urusanku di mudahkan.
tidak lama kemudian, ketika berjalan pulang, tenyata aku melihat supermall di samping jalan pesis di samping kiri, kemudian aku pergi ke Mall tersebut.
Didalam Mall aku merasa lapar, akhirnya aku membeli makanan yang berada di sekitar Mall, yaitu mie udon, mie ini rekomendasi dari istriku tercinta, katanya enak, maka dari itu aku mencobanya.
Setelah selesai makan, tepat pada jam 11:40 ada jadwal nonton bioskop, kemudian aku pun ikut karena penasaran, setelah masuk ke ruangan yang ber AC dingin, disitu aku merasa takjub “wowww,… besarnya.. dinginnya… “.
Iklan demi iklan di tampilkan di layar kaca yang sangat besar, aku pun terheran-heran melihatnya, dalam hati aku berkata “guede pisan iki tah… masya Allah”.
Tidak lama kemudian filem itu pun di putar.
Film tersebut menceritakan kisah 172 hari pernikahan, yang di peran utamai oleh Amr dan zihah, dua pasangan yang romantis tetapi tidak lama umur penikahan nya.
Amr adalah seorang ustadz dan zihah adalah seorang yang terjun dalam dunia kesesatan.
Kemudian Amr sedang mengajar di masjid beserta jamaahnya yang mulai banyak, tidak lama kemudian zihah datang mengikuti pengajian amr karena ingin berhijrah dari dunia kesesatan ke dunia penuh dengan kasih sayang.
Setalah pengajian selesai, Amr dan Zihah bertemu dan saling berkenalan, seiring berjalannya waktu mereka berdua semakin akrab dan pada puncaknya, Amr meminta nomor hp orang tua zihah untuk mengatakan bahwa, Amr ingin ber ta’aruf bersama zihah.
Sekian tahun zihah putus asa dalam dunia kegelapan, kini Amr datang dan berniat untuk menikahinya, seorang yang faham agama akan menikahi sorang yang gelap gulita ? yah, inilah kisah Amr dan Zihah.
Hari pernikahanpun telah tiba, Amr dan Zihah merasa sangat bahagia, berhari hari di lewati dengan penuh kasih sayang dan cinta, bagaikan Nabi Muhammad SAW dan Siti Khodijah, rumah tangga nya begitu indah.
Dalam pernikahan itu, Amr adalah sosok laki-laki yang baik akhlaknya, tidak pernah marah, lemah lembut terhadap istrinya.
Dalam hati aku berkata “orang yang ahli agama akan tau memuliakan istrinya”
pada suatu momen, ketika Amr jatuh sakit dan di vonis oleh dokter terkena flek paru-paru, zihah yang merasa hidupnya sudah bahagia, kini merasakan sedih karena melihat belahan jiwanya tergletak di atas kasur rawat.
Zihah terus menyemangati Amr agar sehat dan sembuh total, bisa seperti sedia kala, makan bareng, tidur bareng, bercanda bareng dan olahraga bareng.
bertepatan padan hari ke 172, Zihah merasa bahwa sudah saatnya meng ikhlaskan kepergianya, setelah Zihah menuntun kalimat syahadat, Amr sang istri tercinta meninggalkanya untuk selama-lamanya.
Kini keadaan Zihah sangat hancur, dulu dia adalah orang yang kurang kasih sayang, wanita malam, setelah menikah dengan Amr, Zihah menjadi wanita yang sholehah, banyak kasih sayang yang belum Zihah dapatkan dari orang lain, kecuali dengan Amr, tetapi zihah yakin nantinya akan bisa bertemu lagi walau hanya lewat mimpi.
Setelah aku menyaksikan itu, terdapat sedikit persamaan kejadian tersebut dalam keadaanku saat ini, dari itu aku benar-benar meresapi film nya dan tidak terasa, air mataku mengalir.
aku bergetar dalam hati “istriku nanti akan aku jaga semaksimal mungkin, akan aku sayangi se romantis mungkin, akan aku cukupi se cukup mungkin, teruntukmu istriku i love you”
Kemudian, pada waktu jam 15:00 WIB, bertepatan dengan selesainya film tersebut, aku bergegas pulang ke rumah untuk istirahat dan melanjutkan aktivitas ke-esokan harinya.
( A.M.Syafi’il Anam S.Ag )



